• Translator

  • Kategori

  • Arsip

  • Jaring Sosial

  • Komentar Terbaru

    mbramantya pada Penciptaan Manusia
    sayyid pada Penciptaan Manusia
    Antena Tv Wajanbolic pada KIAI HAJI NOER ALIE (Alm) TOKO…
    Bang Uddin pada Maksud Menikah Setengah dari…
    mbramantya pada Sono, Pencuci Piring Jadi Jura…

Bagaimana Memulai Sebuah Bisnis?

http://sudutpandang.com/2009/07/bagaimana-memulai-sebuah-bisnis/

Entrepreneurship, Inspirasi

Itu pertanyaan yang sering saya dapatkan setiap ketemu mereka yang ingin jadi pengusaha. Pertanyaan itu kian deras mengalir dua tahun belakangan ini, tanpa saya ketahui apa penyebabnya. Bisa jadi, pengusaha kini menjadi salah satu cita-cita yang mulai banyak dilirik.  Sangat berbeda dengan jaman saya masih kecil dulu, kebanyakan orang tua masih mendorong anaknnya menjadi pegawai ketimbang juragan, akibatnya mindset anaknya pun terpola untuk menjadi karyawan.

Saya kesulitan menjawab pertanyaan itu secara akademis. Saya akan mencoba menjawab berdasarkan pengalaman saya sendiri, pengusaha-pengusaha muda yang saya kenal langsung, maupun dari kisah para pengusaha sukses.

tiga

kredit gambar: socksoff.co.uk

Pertama: Mulailah dari Satu.

Beberapa kali saya bertemu dengan calon pengusaha yang begitu bernafsu membuka beberapa bisnis sekaligus. Idenya terlalu banyak. Satu ide bisnis belum terwujud, sudah muncul ide lain. Ide lain belum dijalankan dengan benar, muncul lagi gagasan lainnya. Begitu seterusnya. Akibatnya, tidak ada satu pun ide bisnis yang dapat dieksekusi dengan baik. Semuanya terlantar, dan layu sebelum berkembang.

Enam tahun lalu saya hanya punya satu ide bisnis, ingin membangun perusahaan konsultan online terpandang di Indonesia. Tidak ada ide bisnis lain yang terlintas saat ini. Kalau pun ada yang muncul di awal perjalanan, saya bunuh sendiri atau saya tunda. Hasilnya, pada tahun keempat Virtual Consulting diakui sebagai konsultan online terpandang yang melayani perusahaan-perusahaan besar nasional maupun multinasional. Perusahaan juga memiliki fondasi yang kuat untuk berkembang di masa depan.

Hampir semua pengusaha menengah ke bawah yang saya kenal pun memiliki catatan yang sama. Roni Yuzirman misalnya, hanya membangun bisnis busana muslim melalui Manet Vision. Hampir semua pengusaha Tangan Di Atas yang berhasil bisa dipastikan hanya memulai dan fokus pada satu bisnis.

Jangan berkaca kepada anak-anak konglomerat yang uangnya banyak dan jaringan bisnisnya luar biasa. Sejak lahir mereka sudah memiliki aset yang tidak dipunyai oleh calon-calon pengusaha lain yang relatif terbatas modal dan jaringannya. Saya dan juga pengusaha UKM lainnya, apa boleh buat, harus berjibaku, mencurahkan 100 persen tenaga dan pikiran untuk mensukseskan bisnis kita sendiri tanpa mengandalkan modal kekayaan dan jaringan yang sudah dibangun orang tua. Oleh karena itu, pilihan paling masuk akal untuk memulai adalah fokus pada satu bisnis.

Kedua, Risetlah Terlebih Dahulu.

Jangan termakan oleh semangat para pengusaha senior yang mengatakan: kalau mau bisnis ya mulai segera, nekat saja! Jangan. Di masa lalu, semangat semacam itu masih sah mengingat kompetisi bisnis masih relatif rendah. Saat ini kompetisi kian keras karena pemain semakin banyak.  Untuk memperkecil risiko, lakukanlah riset terlebih dulu, seberapa besar potensi kita untuk berhasil dengan memperhatikan berbagai faktor seperti peluang pasar, dukungan sumber daya manusia, teknologi, dan  modal.

Saya pun dulu melakukan riset kecil sebelum memulai. Saya membuka jasa konsultasi online untuk korporat tepat pada saat hancurnya bisnis dotcom dan hilangnya kepercayaan para investor dan perusahaan terhadap bisnis Internet pada tahun 2003. Saya tahu betul, banyak investor yang gagal di dunia maya, dan banyak perusahaan gagal mengadopsi Internet, sehingga membutuhkan konsultan yang dapat mengarahkan dan mendampinginya.

Ketiga, Kelilingi Diri Dengan Orang-orang Hebat.

Saya pernah mendengan kisah Mochtar Riyadi langsung dari mulut sang konglomerat yang membangun Lippo Group tersebut di sebuah acara. Ia menggunakan strategi, yang ia sebut sebagai startegi menunggang kuda. Kalau kita belum hebat, carilah kuda hebat untuk tunggangan. Sebelum sukses membangun kerajaan bisnis Lippo, Mochtar Riyadi terlebih dulu banting tulang membesarkan Bank BCA dengan dukungan Liem Sioe Liong, konglomerat nomor satu Indonesia di jaman Orde Baru. Dengan mendapat dukungan orang sekaliber itu, Bank BCA meraksasa. Ketika Mochtar Riady memutuskan membangun konglomerasi sendiri melalui Lippo Group, ia sudah tidak butuh kuda lagi, dan bisa membangun kerajaan bisnisnya merajalela dalam waktu cepat.

Ketika membangun Virtual Consulting, saya pun berusaha mendapatkan dukungan dari orang yang saya segani, sebagai pendorong dan penunjuk arah ketika saya kehilangan orientasi.

Selain itu, saya membangun tim yang saya anggap hebat, baik dari segi ilmu dan pengalamannya mupun dari daya tempurnya. Ada Meisia Chandra yang membantu melahirkan PortalHR.com yang kini menjadi Executive Director portal manajemen sumber daya manusia pertama di Indonesia tersebut. Ada Mohamad Rizza yang menguasai ilmu dan bisnis Direct Marketing. Ada Erick Wellem yang ahli di bidang IT. Ada Imam Suyono yang kemudian bergabung, bersama-sama membangun portal ekonomi bisnis syariah pertama di Indonesia: Niriah.com, dan melahirkan bisnis online lainnya. Ada Iim Fahima dan Adhitya yang membangun perusahaan konsultan online marketing communications, Virus Communications, yang kini sudah bergabung ke Virtual Consulting. Ada Valent Mustamin, sang WordPress antusiast. Masih ada lain lainnya yang tidak bisa saya sebut satu per satu.

Dengan tiga resep dasar itulah saya memulai bisnis enam tahun lalu. Resep pertama dan kedua saya lakukan sekaligus. Sedangkan resep ketiga dilakukan secara bertahap. Karena keterbatasan modal, saya mulai sendiri, bekerja sendiri, kemudian membangun sebuah tim. Seiring dengan itu, terus menerus berusaha mencari dan bertemu dengan orang-orang yang hebat yang satu visi dan satu jiwa untuk memperkokoh jalannya perusahaan.

Masih ada resep-resep lain. Tapi saya rasa tiga yang saya sebut tadi, berdasarkan pengalaman pribadi, amat penting untuk memulai sebuah bisnis.